Inteligensi

Assalamualaikum guysss๐Ÿ’•๐Ÿ’•๐Ÿ’•
Gw mau berbagi ceritaa niii, soal pembahasan psikologi pendidikan ni tepatnya hari rabu kemarin tanggal 5 april 2017. Nah di sini gw mau bahas sedikit ni tentang inteligensi, apa sih inteligensi itu? Mari kita bahas sama-sama di blog gw....

 Pengertian Inteligensi
Berbicara mengenai inteligensi biasanya memang dikaitkan dengan kemampuan untuk memecahkan masalah, kemampuan untuk belajar, ataupun kemampuan untuk berpikir abstrak. Perkataan inteligensi dari kata Latin Intelligere yang berarti mengorganisasikan, menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lain (to organize, to relate, to bind together). Istilah inteligensi kadang-kadang atau justru sering memberikan pengertian yang salah, yang memandang inteligensi sebagai kemampuan yang mengandung kemampuan tunggal, padahal menurut para ahli inteligensi mengandung bermacam-macam kemampuan. Namun demikian, pengertian inteligensi itu sendiri memberikan berbagai macam arti bagi para ahli.
Batasan-batasan dari para ahli tersebut ternyata banyak selaras dengan konsepsi orang awam. Hal itu ditunjukkan oleh hasil penelitian Robert J. Sternberg yang mencoba melihat bagaimana pengertian orang kebanyakan mengenai inteligensi. Penelitian Sternberg mengambil sampel 61 orang mahasiswa yang belajar di Universitas Yale, 63 orang yang kebetulan sedang menunggu kereta api di Stasiun New Haven, dan 62 orang yang sedang berbelanja di sebuah pasar raya. Dalam kesimpulannya, Sternberg dan kawan-kawannya menemukan bahwa konsepsi orang awam mengenai inteligensi mencakup tiga faktor kemampuan utama, yaitu (a)kemampuan memecahkan masalah-masalah praktis yang berciri utama adanya kemampuan berpikir logis, (b)kemampuan verbal (lisan) yang berarti utama adanya kecakapan berbicara dengan jelas dan lancar, dan (c)kompetensi sosial yang berciri utama adanya kemampuan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya.
Dari temuan Sternberg, terlihat bahwa orang awam pun tidak saja menekankan makna inteligensi pada askpek kemampuan intelektual (kognitif) semata akan tetapi mementingkan pula aspek kemampuan sosial yang bersifat nonkognitif. Selanjutnya disimpulkan pula oleh penelitian tersebut bahwa orang cenderung lebih mengutamakan faktor kognitif daripada faktor-faktor nonkgnitif dalam menilai inteligensi orang lain maupun inteligensi diri sendiri.
Karakteristik umum inteligensi
Pemahaman terinci tentang pendekatan Sternberg terhadap inteligensi berada di luar lingkup, namun hasil kerjanya dapat diperoleh berbagai macam komponen yang diidentifikasikan oleh Sternberg cenderung bersifat teratur dan bekerja dalam kelompok yang secara kasar dapat diberi label sebagai berikut[12] :
  1. Kemampuan untuk belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman
  2. Kemampuan untuk berpikir atau menalar secara abstrak
  3. Kemampuan untuk beradaptasi terhadap hal-hal yang timbul dari perubahan dan ketidakpastian lingkungan
  4. Kemampuan untuk memotivasi diri guna menyelesaikan secara tepat tugas-tugas yang perlu diselesaikan
Teori-teori Inteligensi
Menurut sudut pandang mengenai faktor-faktor yang menjadi elemen inteligensi, maka teori-teori inteligensi dapat digolongkan dalam paling tidak tiga golongan. Penggolongan pertama adalah teori-teori yang berorientasi pada faktor tunggal, yang kedua adalah teori-teori yang berorientasi pada dua faktor, dan yang ketiga adalah teori yang berorientasi pada faktor ganda. Walaupun demikian, uraian ringkas mengenai teori-teori inteligensi berikut tidak akan mengutamakan pengelompokan tersebut. Kita akan menyajikan setiap teori dibawah nama tokohnya masing-masing[13].
  1. Alfred Binet
Menurut binet, inteligensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang etrus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang.
  1. Edward Lee Thorndike
Menyatakan bahwa inteligensi terdiri atas beragai kemampuan spesifik yang ditampakkan dalam wujud perilaku inteligen. Oleh karena itu, teorinya dikategorikan ke dalam teori inteligensi faktor ganda.
  1. Charles E. Spearman
Pandangan Spearman (1927) mengenai inteligensi ditunjukkan dalam teorinya mengenai kemampuan mental yang popular dengan nama teori dua faktor.
  1. Louis Leon Thurstone & Thelma Gwinn Thurstone
Mereka memiliki pandangan mengenai inteligensi yang berbeda dari teori Thorndike, sekalipun teori mereka dapat juga digolongkan dalam teori faktor ganda.
  1. Cyril Burt
Ia mengatakan bahwa kemampaun mental terbagi atas beberapa faktor yang berbeda pada tingkatan-tingkata yang berbeda. Faktor tersebut adalah faktor umun, faktor-faktor kelompok besar, faktor-faktor kelompok kecil, dan faktor-faktor spesifik.
Selain itu masih banyak lagi teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli seperti, Philip Ewart Vernon, Joy Paul Guil ford, Halstead, Donald Olding Hebb, Raymond Bernard Cattel, Jean Piaget, Howard Gardner.
  1. Faktor yang Mempengaruhi Inteligensi
Intelegensi tiap individu cenderung berbeda-beda. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai berikut:
  1. Faktor Bawaan atau Keturunan
Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, cukup pintar dan sangat pintar, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama. Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 – 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 – 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.
  1. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Faktor minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Intelegensi bekerja dalam situasi yang berlain-lainan tingkat kesukarannya. Sulit tidaknya mengatasi persoalan ditentukan pula oleh pembawaan.
  1. Faktor Pembentukan atau Lingkungan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya. Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti.
Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.
  1. Faktor Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat sekolah dasar, Karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.
Kecerdasan tidak tetap statis, tetapi cepat tumbuh dan berkembang. Tumbuh dan berkembangnya intelegensi sedikit banyak sejalan dengan perkembangan jasmani, umur dan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai (kematangannya).
  1. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.[14]
Kelima faktor di atas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.
Nah itu diaaa, penjelasan dari gw tentang inteligensi, semoga bermanfaat yaa guyss๐Ÿ’•๐Ÿ’• See you next time๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜
Wassalamualaikum.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDAGOGI & ANDRAGOGI

L O V E ๐Ÿ’–

Pendidikan Multikultural